2024-07-13 HaiPress
JAKARTA,KOMPAS.com -Muhaimin (53) telah 30 tahun merantau di Jakarta demi menafkahi tiga orang anaknya di kampung halamannya di Moga,Pemalang,Jawa Tengah. Sehari-harinya,Muhaimin bekerja sebagai pengantar kayu bekas.
Bagi sebagian orang,penghasilan Rp 50.000 mungkin tidak seberapa. Namun,Muhaimin tidak mau menolak rezeki sekecil apa pun.
Pecahan warna biru itu dia terima dengan senang hati usai menarik gerobak untuk mengantar kayu-kayu bekas dari Cideng,Jakarta Pusat ke alamat pengantaran di Grogol,Jakarta Barat.
Paling jauh,Muhaimin pernah mengantar hingga ke Muara Baru,Jakarta Utara. Upah yang dia terima saat itu bisa dua kali lipatnya,yaitu Rp 100.000 untuk sekali antar.
Baca juga: Korban Penyekapan dan Penyiksaan di Duren Sawit Alami Gangguan Memori Usai Dilempar Tabung Gas 3 Kilogram
Beberapa tahun mengadu nasib di Jakarta,Muhaimin memutuskan untuk melepas masa lajangnya dan pulang ke kampung.
Demi sang istri dan jabang bayi mereka,Muhaimin menetap di kampung dan bekerja di sawah meski harus terbakar matahari.
Setelah mencangkul sawah selama setengah hari,Muhaimin dibayar Rp 25.000. Meski terbilang sedikit,dengan hasil kerja kerasnya Muhaimin dapat menghidupi istri dan anak-anaknya.
Tapi,situasi berubah saat istrinya tiba-tiba meninggal dunia. Saat itu,anak ketiga Muhaimin belum genap 22 bulan.
Baca juga: Aksi Bandar Merawat Peredaran Narkoba di Kampung Bahari: Pantau Pakai Drone dan Tak Segan Melawan Polisi
Saat masih dirundung duka,Muhaimin harus mengambil keputusan sulit. Dia memutuskan untuk kembali mengadu nasib di Jakarta. Saat itu anak pertamanya baru duduk di kelas 5 SD,anak kedua masih di kelas 3 SD,dan si perempuan bungsu baru 22 bulan.
“Pikiran saya begini,saya cari duit di luar daerah,biar anak-anak dijaga orang tua (kakek-nenek mereka). Biar (anak-anak) bisa sekolah,maksud saya. Bapaknya capai enggak apa-apa,” ujar Muhaimin saat ditemui di Cideng,Gambir,Jakarta Pusat,Rabu (10/7/2024).
Alhasil,Muhaimin kembali berangkat ke Jakarta dan setiap hari menarik gerobak bolak-balik Cideng ke Grogol,Tanah Sereal,atau ke mana pun alamat pengantaran yang disebutkan kustomernya.
Setiap harinya,Muhaimin bisa mendapatkan uang sebanyak Rp 100.000-150.000. Uang ini pun disimpan betul-betul. Selain untuk membayar uang kos dan makan serta uang kopi seadanya,selebihnya disimpan untuk biaya sekolah anak.
Baca juga: Gerebek Kampung Bahari,Polisi Temukan Puluhan Paket Ganja Sintetis di Dalam Mesin Cuci Warga
Tapi,Muhaimin yang sibuk di Jakarta berulang kali ditelepon oleh guru-guru di Moga,Pemalang. Mereka melaporkan kalau anak-anak Muhaimin ada yang bolos bahkan tidak masuk sama sekali sampai satu minggu lamanya.
Bahkan,salah satu anaknya sempat mau dikeluarkan karena tidak pernah masuk sekolah.
“(Waktu itu) saya sudah enam tahun (di Jakarta lagi). Akhirnya,saya kepikiran,sekolahin anak gagal semua,gimana nih,” lanjut dia.
12-16
11-27
11-23
11-17
10-28
10-23