2024-07-19 HaiPress
JAKARTA,KOMPAS.com - Tenaga pengajar bernama Kevin (bukan nama sebenarnya),menumpahkan keluh kesahnya sebagai seorang guru honorer di Jakarta selama 4,5 tahun terakhir.
Menurutnya,pekerjaan guru honorer lebih banyak dibandingkan dengan tenaga pengajar yang mempunyai status berbeda.
“Tugas,pokok,dan fungsi (tupoksi) kami (sebagai) guru honorer,lebih-lebih (banyak). Kalau lagi disuruh-suruh,ya saya sindir,‘babu nih’. Soalnya pekerjaannya lebih-lebih dari orang (guru berstatus) PNS,” kata Kevin kepada Kompas.com,Kamis (18/7/2024).
Baca juga: FSGI Usulkan Guru Honorer yang Terkena Cleansing Dijadikan Guru Kontrak Sekolah
“Yang (statusnya) PNS (malah) malas-malasan. Apalagi yang tua-tua,diam doang,duduk,WhatsApp,suruh kerjain. Kenyataannya kayak gitu,” lanjut Kevin.
Kevin menjadi salah satu guru honorer yang dipecat oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta akibat kebijakan cleansing.
Dengan adanya kebijakan tersebut,Kevin menilai Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta seolah memandang sebelah mata guru honorer.
“Jangan nanti (guru honorer) diibaratkan kayak sampah. Pengabdian kami lebih bagus dibandingkan (guru) PNS. Kalau disuruh,gerak cepat kami. Kalau ditanya kinerja,boleh diadu,” ujar Kevin.
Baca juga: Jadi Korban “Cleansing”,Guru Honorer di Jaksel: Saya Pengin Balik Mengajar Lagi
Kevin bukan maksud hati merendahkan derajat guru berstatus lain. Tetapi,Kevin menginginkan Pemprov DKI Jakarta membuka mata secara lebar-lebar dan melihat langsung realita yang ada.
“Langsung datang,terjun langsung,lihat kenyataannya. Jangan ibaratnya punya aturan,berdasarkan undang-undang,tapi enggak melihat langsung kenyataannya,” katanya.
“Kami (guru honorer) sudah berjuang kayak begini,kayak sampah. Kami cuma apa? Ibaratnya nasi,ya Allah,sudah mau siap dicomot saja itu,kapan pun,” lanjutnya Kevin.
Sebelas hari sudah Kevin berdiam diri di rumah usai dipecat secara sepihak akibat kebijakan cleansing.
Baca juga: Cerita Guru Honorer di Jakarta Kena “Cleansing”,Bermula dari Dapodik yang Tiba-tiba Hilang
Sebagai kepala rumah tangga,Kevin mengatakan,kebijakan ini sangat berdampak terhadap kehidupannya dan keluarga. Sebab,ia kehilangan sumber pendapatan.
“Ya pasti (dampaknya sangat besar). Saya kepala keluarga lho,saya punya anak dan istri. Kalau saya diam begini sambil cari pekerjaan,terus istri minta uang bulanan,saya harus jawab apa?” kata Kevin.
Kevin mengatakan,penghasilannya hanya bersumber dari gaji sebagai guru honorer di sekolah negeri tersebut.
Oleh karenanya,ia kini tengah berupaya mencari pekerjaan lain dengan melamar ke sekolah swasta.
11-17
10-28
10-23
10-15
10-15
10-14