2024-08-26 HaiPress
KOMPAS.com - Bulan ini atau tepatnya tanggal 10 Agustus 2024 lalu,Indonesia memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN). Merujuk ppid.menlhk.go.id,tujuan peringatan HKAN adalah untuk menjaga kesinambungan kegiatan konservasi alam,memasyarakatkannya,dan menjadikan konservasi alam sebagai bagian dari sikap hidup dan budaya bangsa.
Tidak hanya itu,peringatan HKAN juga menjadi ajang kampanye agar masyarakat bisa peduli dan ikut terlibat dalam upaya pelestarian ekosistem alam Indonesia.
Nah,salah satu aktivitas yang sering disorot terhadap pelestarian ekosistem alam adalah pertambangan. Ini karena aktivitas pertambangan merupakan proses operasi pengambilan hasil mineral bumi,yang digunakan untuk kepentingan produksi tertentu,mulai dari penelitian hingga berbagai kegiatan setelah hasil tersebut diperoleh. Makanya isu lingkungan menjadi tantangan yang tidak bisa diabaikan dari aktivitas pertambangan.
Hal ini diakui oleh General Manager Corporate Communications Merdeka Copper Gold (MDKA) Tom Malik. Ia mengatakan bahwa aktivitas pertambangan melibatkan ekstraksi sumber daya alam yang tidak terbarukan.
Oleh karenanya,MDKA berupaya berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan dengan melakukan berbagai upaya untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
Baca juga: HUT RI Ke-79,Upaya Merdeka Copper Gold dalam Hadirkan Pemerataan Pembangunan
Berbagai upaya itu,seperti pengelolaan limbah dan air,penggunaan energi bersih,rehabilitasi lahan pasca tambang,hingga menggulirkan program pemberdayaan masyarakat.
“MDKA menerapkan berbagai program yang mendukung kelestarian lingkungan,seperti pemantauan air,reklamasi lahan,dan penggunaan teknologi bersih,serta energi terbarukan,” jelasnya kepada Kompas.com,Rabu 914/8/2024).
Dengan menerapkan praktik-praktik berkelanjutan,MDKA berkontribusi pada kelestarian lingkungan,termasuk pada masyarakat dan pemangku kepentingan.
Di antara praktik-praktik keberlanjutan tersebut,salah satu konsep inovatif yang diterapkan MDKA adalah konservasi mineral,yaitu pemanfaatan sisa tambang untuk mendapatkan nilai tambah dari bijih yang ditambang,seperti yang dilakukan di tambang Pulau Wetar,Maluku Barat Daya.
Tom mengatakan,tambang di Wetar semula adalah tambang emas yang dioperasikan perusahaan lain dan sudah tutup. Namun,MDKA melihat masih ada potensi yang bisa dimaksimalkan untuk mengekstraksi tembaga.
Baca juga: Pendapatan Merdeka Copper Gold Melejit 74 Persen
Dengan metode ekstraksi pelindian,tembaga tersebut diproses menjadi lempengan dan menghasilkan sisa-sisa kandungan mineral yang bernilai ekonomi.
“Rencananya,kami bisa recovery sebagian besar tembaga yang ada. Nah kami juga melihat opportunity untuk mendapatkan nilai tambah. Kebetulan juga batuan di sana sangat tinggi kandungan piritnya,” ujarnya.
Dengan program tersebut,MDKA dapat mengurangi tumpukan sisa bijih atau tailing limbah yang tak terpakai sehingga berkontribusi pada kelestarian lingkungan.
Untuk memanfaatkan sisa kandungan mineral di Tambang Tembaga Wetar,MDKA mendirikan proyek Acid,Iron,Metal (AIM) yang disiapkan untuk mengolah bijih sisa pakai dan bijih pirit berkualitas tinggi menjadi berbagai produk,seperti asam sulfat,uap jenuh,pelet bijih besi,spons tembaga,hidroksida timbal-seng,emas doré,dan perak.
Tom menambahkan,konsep pemaksimalan hasil tambang juga akan dilakukan di Tambang Emas Tujuh Bukit Banyuwangi.
11-17
10-28
10-23
10-15
10-15
10-14